Ibu
kita Kartini Puteri
Sejati Putri
Indonesia Harum
namanya Ibu kita
Kartini Pendekar
bangsa Pendekar
kaumnya Untuk
merdeka Wahai ibu
kita Kartini Putri yang
mulia Sungguh
besar cita-citanya Bagi
Indonesia
Masih ingat kan lagu Ibu Kartini karangan WR Supratman , sering dinyanyikan saat memperingati hari Kartini setiap tanggal 21 April. Biasanya sekolah mengadakan lomba terkait dengan peringatan hari Kartini, dari mulai lomba peragaan busana tradisional, lomba memasak atau lomba yang lainnya. Dan setiap hari Kartini, selalu identik dengan pakaian kebaya , khas gadis Jawa.
Selama ini saya tidak terlalu memperhatikan esensi dari peringatan hari Kartini, tetapi setelah melihat film Kartini ,kemarin tanggal 15 April 2017, saya jadi menyayangkan saja apabila perayaan hari Kartini hanya diidentikan dengan pakaian kebaya saja. Begitu banyak nilai-nilai luhur yang dapat di ambil dari sejarah Kartini
Bertempat di studio Planet Hollywood Kuningan, saya berkesempatan menonton film Kartini, yang diprakarsai oleh Bank Mandiri dan KEB (Komunitas Emak Blogger). Saya melihat antusias penonton yang sangat ramai memadati 5 studio yang memutar screening Film Kartini, sebelum besok tayang serentak tanggal 19 April 2017
Film Kartini garapan Hanung Bramantyo ini mengangkat kisah hidup Kartini dari usia belasan tahun sampai usia 24 tahun saat menikah. Film dengan setting tahun 1800an di Jepara dibuka dengan adegan Kartini kecil yang sedang menangis, karena minta tidur bersama ibunya. Ibu kandung Kartini bernama Ngasirah adalah rakyat biasa, bukan dari golongan bangsawan, ayahnya RM Sosroningrat adalah Bupati Jepara. Saya baru mengetahui kalau ternyata ibu kandungnya tidak diperbolehkan tinggal di kawasan perumahan bangsawan, karena bukan perempuan bangsawan. Ayah kandung Kartini menikah lagi dengan sesama kalangan dari bangsawan.
Cerita bergulir ke masa remaja Kartini , dan pada masa ini terjadi pergolakan dalam diri Kartini . Dia melihat kaum wanita yang terbelakang pendidikannya, di banding laki-laki. Kaum wanita hanya menunggu untuk diperistri, entah itu istri pertama,kedua atau ketiga. Pada masa itu sangat biasa laki-laki mempunyai istri lebih dari satu. Dan setelah menginjak usia yang matang seorang perempuan harus di pingit sampai menikah. Kegelisahan tersebut dilihat oleh kakak laki-lakinya yang diperankan oleh Reza Rahardian, sebelum tugas belajar ke Belanda dia memberikan sebuah kunci lemari, kepada Kartin. Lemari tersebut berisi buku-buku, dari buku tersebut Kartini makin terbuka jalan pikirannya
"Tubuh Boleh Terpasung, Tapi Jiwa harus Bebas"
Bersama kedua adiknya Roekmini dan Kardinah, mereka bertiga membuat perubahan dan berusaha memajukan pendidikan untuk kaum perempuan dan rakyat miskin. Korespondensi dilakukan Kartini dengan teman-teman di Belanda. Saat itu masa pendudukan Belanda di Indonesia, jadi tulisan atau bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Belanda.
Entah apa jadinya bila Kartini tidak rajin membaca buku, pastinya sejarah Indonesia tidak seperti sekarang. Apa jadinya jika Kartini tidak menulis, mungkin perempuan Indonesia tidak ada yang jadi presiden :)
Film yang sangat inspiratif, ini harus di tonton, bukan hanya perempuan Indonesia tetapi seluruh masyarakat Indonesia. Kita banyak belajar dari film ini, tentang keberanian, kerja keras, adat istiadat budaya bangsa dan cita-cita .
Saya sangat apresiasi dengan film ini, artis yang terlibat di film ini sudah tidak diragukan lagi, artis senior seperti Christine Hakim, Deddy Sutomo, sangat pas memerankan tokoh Ayah dan Ibu Kartini. Dian Sastro pemeran Kartini juga aktingnya total, saya sebagai orang jawa salut dengan fasihnya bicara jawa krama halus, jadi minder nih :) Demikian juga bahasa Belanda yang digunakan, keren...atau adegan jalan jongkok yang dilakukan Dian Sastro, pasti itu bikin pegel. Saya sedikit kaget, dengan karakter Kartini di sini, dalam pandangan saya Kartini adalah wanita yang lembut,tutur kata, dan tingkah lakunya...tetapi tidak menyangka seorang Kartini dapat manjat pohon dan duduk diatas genteng rumah
Salah satu hal menarik lainnya saat adegan Kartini membaca buku-buku penulis dari Belanda. Disitu diilustrasikan penulis sedang berbicara kepada Kartini, seolah Kartini memang benar-benar mengalami langsung segala hal yang tertulis di buku tersebut. Film ini memang di dominasi pemeran orang Belanda
Sepanjang menonton film ini mata saya berkaca-kaca, bahkan sempat menetes. Kisah kegigihan Kartini yang berusaha mendobrak segala tradisi yang ada, hingga dimusuhi oleh saudara dan ibu tirinya. Tetapi beruntung Ayah Kartini selalu mendukung langkah-langkahnya.
Semoga generasi bangsa ini mampu meneladani Kartini dan meneruskan cita-citanya, memajukan pendidikan bangsa ini...
Jadi mulai tanggal 19 April 2017 film Kartini tayang serentak di seluruh bioskup tanah air
No comments:
Post a Comment